Air Sumur Warga Desa Pengasinan Bogor Bau BBM, Tangki SPBU Bocor?
Titikkata.com - Agak keruh, berbau Bahan Bakar Minyak (BBM) begitulah kondisi air sumur sebagian warga di RT 02 RW 05 Kampung Nagrog, Desa Pengasinan, Kecamatan Gunung Sindur, Kabupaten Bogor.
Menurut warga setempat, kondisi itu diperkirakan sudah terjadi bertahun-tahun. Meski belum pasti, warga menduga kuat rusaknya kualitas air sumur mereka disebabkan adanya kebocoran tangki BBM sebuah Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) dengan kode 34.16317 yang berlokasi di Jalan Raya Serpong-Parung memang terletak bersebelahan dengan pemukiman warga.
Kepada TitikKata, salah seorang warga sekitar, Yusuf, mengungkpan kondisi air ditempat tinggalnya. Hingga ia harus membeli air untuk kebutuhan sehari-hari.
"2016! Saya udah lapor-mental, lapor-mentah. Sampai yang viral, 1 bulan mau benar, kagak dibenerin. Sampai kami demo lagi. Sekarang juga masih seperti itu aja,"
"Sehari 8. Karena anak nya dua. Buat minum-minum, beli lagi, lain lagi. Ini buat mandi aja. Kalau mandi ini kan sekarang udah mulai segini, agak kurang-kurang lah dikit beli nya. Ngirit-ngirit dikit lah," ungkapnya.
Begitu pula dengan tetangga Yusuf, Neneng, yang mengatakan air sumurnya sudah tidak bisa digunakan sejak setelah SPBU tersebut beroperasi beberapa tahun.
"Pokoknya sumur saya tuh udah lama emang gabisa di pakai minum. Paling kita buat cuci-cuci ya terpaksa kita pakai. Kalau minum, masak, kita beli. Lama ya. Kurang lebih 7 tahun ya, 6 tahun an lah. Gak pernah. Air kita gak pernah gitu. Kita kan emang orang pribumi. Dari bayi deh di sini ibu,"
"Setelah dia berjalan beberapa tahun. Tadinya sih awal enggak. Setelah beberapa tahun dia berjalan ya begitu. Emang pertama itu Ibu punya sumur 1 di dalam, agak kecium pak. Kita gak ngerti bau apa. Bikin lagi sumur di sini nih, lama-lama ya timbul di sini lagi, sama. Pokoknya bau minyak gitu deh. Cuman kalau air mah jernih, lama-lama jernih, cuman bau nya itu," ujarnya.
Warga lainnya, Irsyad, pun menyampaikan hal senada.
"Untuk warga terdampak ada sekitar 18 sumur saat ini. Yang memang itu dirasakan awal oleh keluarga pak Yusup yang ini, kemudian bu Neneng, pak Juhri, dan pak Sobari, itu sejak tahun 2016. Kalau tidak salah sih pom ini berdirinya sekitar tahun 2012. Jadi 4 tahun kemudian barulah terasa ada bau di air, yaitu bau BBM. Entah itu bau Pertalite ataupun Solar, yang nyatanya memang sumur-sumur di sini sudah banyak kena berbau BBM gitu,"
"Justru itu kami kecewa. Kami kecewa dari pihak SPBU itu tidak begitu tanggap. Seharusnya sudah beberapa warga mengeluh, keadaan sumur nya sudah berbau. Dan kami juga kemana lagi kami menduga kalau memang bukan dari pihak SPBU. Karena memang baunya itu bau bensin bukan bau yang lain begitu. Jadi tanggapan dari pihak SPBU itu tidak begitu bagus ke warga tindakannya sehingga kami tidak merasa puas, akhirnya kami melakukan protes lagi. Sehingga sekarang ditutup," paparnya.
Disisi lain, walaupun pihak SPBU belum dapat dikonfirmasi, namun dari beberapa informasi yang berhasil dihimpun, dugaan adanya kebocoran tangki penampungan BBM seperti yang diungkap oleh warga tidaklah benar adanya.
Sebab, pengelola SPBU yakni PT Migas Prima Nauli bekerjasama dengan PT Global Proma Teknoplan telah melakukan tank cleaning, hydrotest dan test pipa, dimana hasil test secara konklusif menunjukan tidak adanya kebocoran.
Meski begitu, para warga tampak enggan menyerah dan pasrah. Terkini, beberapa orang perwakilan dari warga yang terdampak mendatangi Badan Riset dan lnovasi Nasional (BRIN) dengan tujuan untuk dilakukan pengujian pembanding.
Ditemui TitikKata pada Jumat (17/5/24) di Kantor BRIN, Kawasan Nuklir Pasar Jumat, Jakarta Selatan, Irwan Hermawan yang merupakan warga terdampak, sampaikan maksud dan tujuannya.
“Karena kita pengen ada tim penguji yang independen ya yang bisa dirasa adil hasilnya. Jadi karena BRIN lembaga pemerintah, kita berharap di sini peran Pemerintah membantu rakyat yang terkena dampak pencemaran BBM ini,” ujarnya.
Irwan juga mengharapakan sebagai berikut.
“Dengan adanya hasil yang dikeluarkan dari BRIN, kita harapkan ada rasa keadilan bagi masyarakat gitu. Kalau memang terbukti pom bensin itu mencemari air warga, saya berharap ada perbaikan total gitu. Dan bila tidak ada perbaikan, tutup operasional. Itu yang diharapkan sama warga,” harapnya.
Di kesempatan yang sama, Ahli NDT (Non-Destructive Test) atau Pengujian Tanpa Merusak di Bidang Energi, Ardiansyah yang sempat diminta untuk melakukan uji petik pasa air sumur warga, menyampaikan hasil temuannya.
“Saya menanyakan apakah pernah dilakukan pengujian, sudah atas dua tangki yang ada di SPBU. Tangki pertalite dan tangki pertamax. Sebagaimana hasil uji labfor dari forensik yang mengatakan bahwa sumur-sumur warga itu mengandung zat yang ada di Pertamax dan Pertalite. Nah, hasil uji yang dilakukan oleh pihak SPBU itu mengatakan tidak ada kebocoran di SPBU,” ujarnya.
“Disini ada semacam pancingan kepada saya ‘kok bisa ya gak bocor tapi sumur warga terkontaminasi’. Ada dua versi yang saya perkirakan. Pertama, pengujinya compatible, capable, atau tidak. Yang kedua, apa mungkin warga menuang Pertamax dan Pertalite ke sumur masing-masing. Ini kan perlu lembaga penguji independen untuk menerangkan benar tidaknya tangki SPBU itu bocor. Untuk SPBU 34.16.317 yang ada di Kampung Nagrok, Desa Pengasinan, Kecamatan Gunung Sindur,” tambahnya.
Baca Berita Menarik Lainnya di GOOGLE NEWS