Loading...

Chef Taufik Olah Panganan Sehat Pencegah Stunting

Chef Taufik Olah Panganan Sehat Pencegah Stunting
Taufik Hidayat Syah, Profesional Chef
Reporter: Cnc | Editor: Tama

TiitikKata.com  - Racikan menu Taufik Hidayat, memang tidak perlu diragukan lagi dari sisi rasa dan penampilan, Chef jebolan sekolah Pariwisata ini memang  sudah mumpuni karena jam terbang yang terlalu tinggi. 

Ditengah kesibukannya saat ini, pria dengan nama lengkap Taufik Hidayat Syah atau disapa Chef Taufik, kembali disibukkan dengan keterlibatan aktifnya meramu sajian panganan bergizi tinggi untuk dikonsumsi agar mengurangi kasus kurang gizi atau stunting dengan olahan pangan lokal B2SA (Beragam, Bergizi, Seimbang dan Aman.

Ditemui TitikKata.com, juru masak yang mengawali karir sebagai waiters di Kapal Pesiar, Holland America Line sejak 2004 hingga 2014 lalu itu, mulai mencintai sajian produk panganan dan minuman. 

“Utamanya masak-masakan Eropa continental, tanpa karbohidrat seperti nasi. Yang digunakan hanya labu atau pumkin. Sementara di Indonesia labu kuning seperti itu biasanya untuk kolak saja,” ungkap dia. 

Atas pengetahuan dan pengalamannya itu, kemudian dia terus memperkaya bahan makanan lokal ke aneka macam sajian panganan seperti kue atau makan-makanan utama.

Dari pengalaman berkreasi dengan bahan baku lokal itu, eksistensinya di dunia kuliner semakin gemilang. Hingga memberanikan diri membuka kelas dan menjadi Chef demo di tahun 2017. 

“Sampai kemudian saya bersama Dinas Ketahanan Pangan Provinsi Banten, dipercaya melatih olahan pangan lokal B2SA. Semua panganan yang dibuat tanpa menggunakan bahan terigu, beras dan turunannya.

Menurut dia, olahan B2SA tidak membuat Indonesia menjadi ketergantungan terhadap produk pangan impor ditengah bahan pangan lokal yang melimpah. 

“Karena terigu itu kita tidak punya lahannya tapi kita impor. Jadi untuk menguatkan pangan yang lain kita mengambil karbohidrat dari pangan lokal kita seperti jagung dan umbi-umbian,” terangnya.

Taufik juga menjelaskan, olahan pangan B2SA yang digunakan juga dapat membantu peran pemerintah untuk menekan angka stunting di Indonesia khususnya di Provinsi Banten.

“Olahan pangan B2SA utamanya adalah untuk mencegah atau mengurangi stunting. Karena selama ini masih kurang kesadarannya untuk mengkonsumsi makanan yang betul-betul komplit seperti tidak hanya karbohidrat dan protein hewani, makan nasi dan telur tetapi kurang seperti protein nabatinya. Sedangkan nabati kita bisa dapat dari tempe tahu oncom kacang-kacangan dan lain-lain sayurnya dan juga buahnya,” terang dia.

Kesadaran itu yang dilihatnya masih kurang. Dengan keahliannya, Taufik ingin mengajak seluruh masyarakat bisa membuat olahan makanan yang sehat serta bergizi dan tentunya tak mahal.

“Kesadaran itu yang masih kurang sehingga mungkin dari gizi buruk atau banyaknya kasus stunting dari kurangnya pemahaman masyarakat kita untuk mengkonsumsi makanan yang beragam bergizi seimbang dan aman,” bebernya.

“Sebetulnya banyak pangan lokal kita yang murah yang bisa kita gunakan seperti singkong atau ubi, ada talas sente, talas beneng yang kita bisa jadikan seperti kue atau kudapan atau kita bisa jadikan misalnya seperti french fries ya. Tapi kita tidak menggunakan kentang tapi kita bisa menggunakan umbi-umbian,” tambahnya.

Taufik berharap, dengan ilmu yang dibawanya untuk disampaikan ke masyarakat bisa tersampaikan dengan baik. Apalagi, di tahun depan 100 resep olahan pangan lokal berbentuk buku akan dilauncing secara luas.

“Sosialisasi ke masyarakat itu kita tidak bisa hanya mengajarkan teknik memasaknya dan kesulitan mencari bahan-bahan yang sesuai resep. Nanti, saya selalu memberikan resep atau menu yang mudah dicari oleh masyarakat nantinya ketika mereka akan membuat melalui 100 resep menu olahan pangan lokal yang nantinya mungkin akan bisa digunakan,” tandasnya.

Dengan adanya resep menu olahan pangan lokal, diharapkan meningkatkan kesadaran masyarakat mengenai B2SA dan bisa menekan angka gizi buruk atau stunting.

“Kita harapkan dari kesadaran masyarakat ini maka kasus seperti stunting atau kurang gizi buruk atau kekurangan gizi itu bisa betul-betul kita tekan ya seperti itu terutama di Provinsi Banten,” pungkas dia. 


Baca Berita Menarik Lainnya di GOOGLE NEWS

Berita Terkait